Senin, 23 April 2018

Mati untuk Hidup

0

Mati untuk Hidup

Terlalu banyak cerita untuk ditiru. Terlalu banyak pelajaran hidup yang saya rasakan. Banyak ilmu yang saya ambil.
Beliau bukan sosok manusia hebat di jamannya. Namun hadirnya begitu berarti. Bahkan sangat mengesankan dalam hidup ini.

Beliau bukan terlahir dari generasi tabiut tabi'in. Bukan generasi tabi'in. Apalagi generasi sahabat.

Beliau adalah manusia biasa, yang hadirnya mampu menjadi magnet. Mampu menguatkan orang yang lemah. Memotivasi di saat banyak manusia frustasi. Memberikan solusi dikala  manusia diuji.

Iya, saya mengenanyal tak sebanyak orang mengenal. Saya mengetahui tak sebanyak orang memahami. Karena hadirnya mampu menginspirasi. Memberikan kekuatan tersendiri.

Kesabaran yang Beliau contohkan dalam setiap waktu. Keteladanan yang Beliau tunjukkan untuk ditiru. Kedisiplinan yang Beliau lakukan selalu tepat waktu.

Muadzin tetap dalam setiap sholat lima waktu. Imam sholat yang siap maju dikala makmum sepi membisu. Bahkan muadzin sekaligus imampun sering Beliau ambil posisi itu.

Saat malaikat maut menyapanya. Saya pun hanya mengetahui kabarnya. Menanyakan kenapa? Sakit apa? Tak mengetahui persis kejadiannya. Tak melihat sendiri kondisinya.

Maut menjadi misteri bagi orang hidup. Tanpa sebab. Tanpa nanti. Namun kedatangannya pasti. Pasti akan meghampiri setiap nyawa manusia.
Termasuk yang dialami Beliau ini. Orang sholeh yang saya kenal selama ini. Kakak sekaligus guru kehidupan saya selama ini.

Maut yang menjadi pemisah kesenangan dunia. Menjadi penghalang sementara dalam meraih cita-cita dunia. Menjadi penutup segala syahwat dunia.
Bukankah kematian ini yang ditunggu? Kematian dalam kondisi yang dirindu. Kematian dalam keadaan khusnul khotimah.

Bagaimana dengan kita? Ada saatnya giliran kita. Mempersiapkan bekal kematian. Bekal yang kekal dan mengalir terus pahalanya. Ilmu yang manfaat, amal jariyah dan doa anak sholeh yang mendoakan kedua orang tuanya.

Untuk kita. Tinggal menunggu waktu yang pas. Saat yang tepat. Kondisi yang diingini. Ketika Malaikat Isro'il datang. Ketika titah Sang Kholiq turun. Siapkah kita menyambutnya?

Menyambut kematian yang menyenangkan. Kematian untuk kehidupan yang haqiqi. Kematian untuk menikmati semua janji. Janji yang tak mungkin diingkari. Dari Dzat Yang Maha Hakiki. Ilahi Robbi

Randublatung, 21 April 2018

Teriring Doa untuk Almarhum Bpk. H. Sumari
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ وَارْحَمْهُ وَعَافِهِ وَاعْفُ عَنْهُ، وَأَكْرِمْ نُزُلَهُ، وَوَسِّعْ مَدْخَلَهُ، وَاغْسِلْهُ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ، وَنَقِّهِ مِنَ الْخَطَايَا كَمَا نَقَّيْتَ الثَّوْبَ اْلأَبْيَضَ مِنَ الدَّنَسِ، وَأَبْدِلْهُ دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِهِ، وَأَهْلاً خَيْرًا مِنْ أَهْلِهِ، وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِهِ، وَأَدْخِلْهُ الْجَنَّةَ، وَأَعِذْهُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ (وَعَذَابِ النَّارِ)

Allaahummaghfir lahu warhamhu wa 'aafihi wa'fu 'anhu, wa akrim nuzulahu, wa wassi' madkholahu, waghsilhu bilmaa-i wats-tsalji wal barod, wa naqqihi minal khothooyaa kamaa naqqoitats-tsaubal abyadho minad-danas, wa abdilhu daaron khoiron min daarihi, wa ahlan khoiron min ahlihi, wa zaujan khoiron min zaujihi, wa adkhilhul jannata, wa a'idzhu min 'adzaabil qobri (wa 'adzaabin-naar).

Ya Allah, ampunilah dia (mayit), berilah rahmat kepadanya, selamatkanlah dia (dari beberapa hal yang tidak disukai), maafkanlah dia dan tempatkanlah di tempat yang mulia (Surga), luaskan kuburannya, mandikan dia dengan air, salju dan air es. Bersihkan dia dari segala kesalahan, sebagaimana Engkau membersihkan baju yang putih dari kotoran. Gantikanlah rumah yang lebih baik dari rumahnya (di dunia), keluarga (atau istri di Surga) yang lebih baik daripada keluarganya (di dunia), istri (atau suami) yang lebih baik daripada istrinya (atau suaminya), dan masukkan dia ke Surga, jagalah dia dari siksa kubur dan Neraka

Randublatung, 21 April 2018




0 komentar:

Posting Komentar