Kamis, 27 September 2018

Derita Tak Terhingga

0

Derita Tak Terhingga

Oleh : Nurul Sakinah Bayti, S.Hut (Member Developer Property Syariah Cepu)

Ada orang kaya, asetnya banyak. Dimana-mana ada. Sawahnya hektaran. Rumahnya banyak. Kendaraan sering gonta-ganti. Intinya dia orang kaya. Namun anehnya, orang kaya ini hidup kesehariannya dengan hutang, hutangnya pake riba lagi. Untuk makan ngutang. Bayar anak sekolah ngutang. Berobatpun ngutang. Pokoknya serba ngutang. Gimana ya rasanya jadi orang kaya tapi banyak hutang?

Sedikit demi sedikit hutang orang kaya ini menumpuk. Karena hutang riba. Untuk bayar bunga/ribanya saja sudah ngos-ngosan. Apalagi bayar pokoknya.

Karena kesandung hutang yang jumlahnya trilyunan, orang kaya ini pun punya siasat mengambil hutang baru. Namun hutang barunya itu dipakai untuk menutup hutang yang lama. Begitu seterusnya dia lakukan. Gali lubang terus, eh belum ditutup sudah gali lagi. Alamat lubangnya semakin dalam.

Saking buntu otaknya, akhirnya dia jual tanahnya yang hektaran. Rumah megahnya. Kendaraanpun sudah tak punya. Tapi orang kaya ini belum bisa menyelesaikan hutang-hutangnya yang banyak itu. Bahkan hutangnya seolah tak berkurang.

Bagaimana jadinya kalo orang kaya itu adalah negeriku tercinta. Tercatat hutangnya sampai saat ini  Rp 5.171 Trilyun. Negeri yang kaya raya. Gemah ripah loh jinawi. Dari sabang sampai merauke kekayaan alamnya melimpah. Hutannya terluas di dunia. Hasil tambangnya juga terbesar di dunia. Batubara, Tembaga, Besi bahkan gunung emas pun negeri ini punya.

Bagaimana nasib rakyat? Menjadi pemandangan harian ketika melihat orang miskin, pengangguran dan gelandangan. Masalah pelajar tawuran, pengedaran narkoba bahkan judi dan miras jadi tontonan. Kasus kriminalalitas meningkat, mulai dari pembunuhan, perkosaan sampai perampasan. Miris sekali kalo dirasakan.

Sisi lain, banyak pejabat korupsi. Ada juga pejabat yang hobi berpestaria. Anggota dewan tertangkap basah kasus suap. Seolah pemandangan biasa.

Negeri kaya, namun rakyat miskin? Sumberdaya alam melimpah, tapi tak terjamah. Kekayaan banyak, namun habis terkuras. Ada apa negeriku tercinta?

Iya, salah urus negeriku ini. Aturan dibuat oleh manusia. Saat aturan ada, hanya sebagai formalitas. Seolah bagus aturannya, namun sulit diterapkan. Itulah aturan manusia yang pasti banyak kelemahan dan kekurangannya.

Terlebih saat yang berkuasa tak punya kapabilitas mengurus negara. Lebih mementingkan diri dan kelompoknya. Abai terhadap urusan rakyatnya. Maka kehancuran semakin nyata. Bahkan di depan mata.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Jika amanat telah disia-siakan, tunggu saja kehancuran terjadi.” Ada seorang sahabat bertanya; ‘bagaimana maksud amanat disia-siakan? ‘ Nabi menjawab; “Jika urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, maka tunggulah kehancuran itu.” (BUKHARI – 6015)

Kembali kepada aturan Pencipta, menjadi langkah terbaik untuk menyelamatkan negeri ini. Aturan dari Dzat yang Maha Mengetahui yang terbaik untuk manusia. Aturan yang tidak akan pernah salah, karena berasal dari Dzat Yang Maha Benar. Iya, hanya aturan Allah saja yang akan melepaskan negeri ini dari derita nestapa. 

0 komentar:

Posting Komentar